Kota Fas rupanya beruntung sekali karena pernah melahirkan sang manusia langit yang namanya semerbak di dunia sufi pada tahun 596 H. Sang sufi yang mempunyai nama lengkap Ahmad bin Ali Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakr al-Badawi ini ternyata termasuk zurriyyah baginda Nabi, karena nasabnya sampai pada Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Talib, suami sayyidah Fatimah binti sayyidina Nabi Muhammad SAW.

Badawi masuk Mesir Sang sufi yang selalu mengenakan tutup muka ini suatu ketika ber-khalwat selama empat puluh hari tidak makan dan minum. Waktunya dihabiskan untuk meihat langit. Kedua matanya bersinar bagai bara. Sekonyong-konyong ia mendengar suara tanpa rupa. "Berdirilah !" begitu suara itu terus menggema, Carilah tempat terbitnya matahari. Dan ketika kamu sudah menemukannya, carilah tempat terbenamnya matahari. Kemudian...beranjaklah ke Thantha, suatu kota yang ada di propinsi Gharbiyyah, Mesir. Di sanalah tempatmu wahai pemuda".
Suara tanpa rupa itu seakan membimbingnya ke Iraq. Di sana ia bertemu dengan dua orang yang terkenal yaitu Syekh Abdul Kadir al-Jailani dan ar-Rifa'i. "Wahai Ahmad " begitu kedua orang itu berkata kepada Ahmad al-Badawi seperti mengeluarkan titah. " Kunci-kunci rahasia wilayah Iraq, Hindia, Yaman, as-Syarq dan al-Gharb ada di genggaman kita. Pilihlah mana yang kamu suka ". Tanpa disangka-sangka al-Badawi menjawab, "Saya tidak akan mengambil kunci tersebut kecuali dari Dzat Yang Maha Membuka. Perjalanan selanjutnya adalah Mesir negeri para nabi dan ahli bait. Badawi masuk Mesir pada tahun 34 H. Di sana ia bertemu dengan al-Zahir Bibers dengan tentaranya. Mereka menyanjung dan memuliakan sang wali ini. Namun takdir menyuratkan lain, ia harus melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimaksud oleh bisikan gaib, Thantha, satu kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh dunia. Di sana ia menjumpai para wali, seperti Syaikh Hasan al-Ikhna`I, Syaikh Salim al- Maghribi dan Syaikh Salim al-Badawi. Di sinilah ia menancapkan dakwahnya, menyeru pada agama Allah, takut dan senantiasa berharap hanya kepada-Nya
.
Badawi
yang alim Dalam perjalanan hidupnya sebagai anak manusia ia pernah dikenal
sebagai orang yang pemarah, karena begitu banyaknya orang yang menyakit. Tapi
rupanya keberuntungan dan kebijakan berpihak pada anak cucu Nabi ini. Marah
bukanlah suatu penyelesaian terhadap masalah bahkan menimbulkan masalah baru
yang bukan hanya membawa madarat pada orang lain, tapi diri sendiri. Diam, menyendiri, merenung, itulah sikap yang dipilih selanjutnya. Dengan diam orang
lebih bisa banyak mendengar. Dengan menyendiri orang semakin tahu betapa
rendah, hina dan perlunya diri ini akan gapaian tangan-tangan Yang Maha Asih.
Dengan merenung orang akan banyak memperoleh nilai-nilai kebenaran. Dan melalui
sikap yang mulia ini ia tenggelam dalam zikir dan belaian Allah SWT.
Laksana laut, diam tenang tapi dalam dan penuh bongkahan mutiara, itulah al-badawi. Matbuli dalam hal ini memberi kesaksian, "Rasulullah SAW bersabda kepadaku, " Setelah Muhammad bin Idris as-Syafiiy tidak ada wali di Mesir yang fatwanya lebih berpengaruh daripada Ahmad Badawi, Nafisah, Syarafuddin al-Kurdi kemudian al-Manufi.
Suatu
ketika Ibnu Daqiq al-'Id mengutus Abdul Aziz al- Darini untuk menguji Ahmad
Badawi dalam berbagai permasalahan. Dengan tenang dia menjawab, "Jawaban
pertanyaan-pertanyaan itu terdapat dalam kitab "Syajaratul Ma'arif"
karya Syaikh Izzuddin bin Abdus Salam.
Karomah Ahmad Badawi Kendati karomah bukanlah satu-satunya ukuran tingkat kewalian seseorang, tidak ada salahnya disebutkan beberapa karomah Syaikh Badawi sebagai petunjuk betapa agungnya wali yang satu ini.
Al-kisah
ada seorang Syaikh yang hendak bepergian. Sebelum bepergian dia meminta
pendapat pada Syaikh al-Badawi yang sudah berbaring tenang di alam barzakh.
"Pergilah, dan tawakkallah kepada Allah SWT"tiba-tiba terdengar suara
dari dalam makam Syekh Badawi. Syaikh Sya'roni berkomentar, "Saya
mendengar perkataan tadi dengan telinga saya sendiri ".
Tersebut Syaikh Badawi suatu hari berkata kepada seorang laki-laki yang memohon petunjuk dalam berdagang. "Simpanlah gandum untuk tahun ini. Karena harga gandum nanti akan melambung tinggi, tapi ingat, kamu harus banyak bersedekah pada fakir miskin". Demikian nasehat Syekh Badawi yang benar-benar dilaksanakan oleh laki-laki itu. Setahun kemudian dengan izin Allah kejadiannya terbukti benar.
Syekh
Badawi wafat Pada tahun 675 H sejarah mencatat kehilangan tokoh besar yang
barangkali tidak tergantikan dalam puluhan tahun berikutnya. Syekh Badawi,
pecinta ilahi yang belum pernah menikah ini beralih alam menuju tempat yang
dekat dan penuh limpahan rahmat-Nya. Setelah dia meninggal, tugas dakwah
diganti oleh Syaikh Abdul 'Al sampai dia meninggal pada tahun 773 H.
Beberapa
waktu setelah kepergian wali pujaan ini, umat seperti tidak tahan, rindu akan
kehadiran, petuah-petuahnya. Maka diadakanlah perayaan hari lahir Syaikh
Badawi. Orang-orang datang mengalir bagaikan bah dari berbagai tempat yang
jauh. Kerinduan, kecintaan, pengabdian mereka tumpahkan pada hari itu pada sufi
agung ini. Hal inilah kiranya yang menyebabkan sebagian ulama dan pejabat waktu
itu ada yang berkeinginan untuk meniadakan acara maulid. Tercatat satu tahun
berikutnya perayaan maulid syekh Badawi ditiadakan demi menghindari
penyalahgunaan dan penyimpangan akidah. Namun itu tidak berlangsung lama, hanya
satu tahun. Dan tahun berikutnya perayaan pun digelar kembali sampai sekarang
0 komentar :
Posting Komentar